Sempat Jadi Kontroversi: Kanjuruhan Street Race Buat Omzet Pedagang UMKM dan PKL Meningkat 300 Persen
Reporter
Ashaq Lupito
Editor
Dede Nana
19 - Oct - 2025, 06:26
JATIMTIMES - Gelaran Kanjuruhan Street Race (KSR) mendadak menuai pro-kontra di kalangan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Setelah sebelumnya para PKL mengapresiasi beragam event balapan sepeda motor yang diselenggarakan di kawasan Stadion Kanjuruhan, belakangan ini sebagian dari mereka memprotes karena dinilai dapat menurunkan omzet penjualan.
Berangkat dari adanya gejolak tersebut, JatimTIMES kemudian menelusuri langsung di lapangan. Hasilnya, terpantau para pedangan PKL dan UMKM justru ramai dikunjungi pembeli yang mayoritas merupakan penonton KSR.
Baca Juga : Wali Kota Blitar Mas Ibin: Saya Ini Juga Babu, Tuan Saya Masyarakat
Namun perlu diketahui, pedagang yang ramai tersebut mayoritas ialah PKL dan UMKM yang menjajakan makanan dan minuman. Terlebih, mereka yang berjualan di sekitar sirkuit, terpantau laris.
Wartawan kemudian mencoba untuk menelusuri ke beberapa titik pedagang yang juga ada di kawasan Stadion Kanjuruhan. Hasilnya, memang ada beberapa stan pedagang di kawasan yang tidak berdekatan dengan sirkuit. Merekalah yang sebagian di antaranya disebut-sebut merupakan pedagang yang biasanya berjualan di area yang dijadikan sirkuit KSR.
Ketika event berlangsung, mereka yang tidak berjualan di sekitar sirkuit memang tidak selaris yang dekat dengan sirkuit. Namun, tetap ada saja pembeli karena area parkir membludak akibat banyaknya penonton KSR yang memarkirkan kendaraan mereka hingga mendekati stan jualan.
Sebagai informasi, KSR ialah event latihan bersama (latber) balap sepeda motor drag race yang di inisiasi oleh dua sosok yang dikenal dengan panggilan Andika dan Doni. Sehingga mayoritas penonton KSR ialah kalangan kawula muda yang masih gemar jajan makanan dan minuman.
Sayangnya, saat wartawan izin untuk wawancara, tidak semua pedagang di sekitaran sirkuit KSR berkenan. Maklum, sebagian dari mereka memang sedang sibuk menyiapkan pesanan dari pengunjung KSR.
Meski demikian, ada beberapa PKL yang salah satunya berkenan untuk di wawancara. Dia adalah Rudi, seorang pedagang jajanan cilok.
Kesehariannya, pria 40 tahun tersebut berjualan cilok di depan jalan masuk ke Stadion Kanjuruhan. Rudi merupakan salah satu dari sekitar 20 PKL yang juga berjualan di kawasan tersebut.
"Jualan cilok di sini (kawasan Stadion Kanjuruhan) sejak sekitar tahun 2006 lalu. Belajar buat cilok dari ayah yang merupakan pedagang bakso," terang Rudi yang merupakan warga Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang ini.
Lantaran sudah lama berjualan di kawasan Stadion Kanjuruhan itu lah, Rudi mengaku sudah merasakan beragam suka dan duka. Termasuk saat adanya event KSR.
"Sudah sering berjualan saat ada latihan balapan (KSR), termasuk di seri yang ke-33 ini saya juga berjualan, saya ikut terus," tuturnya.
Dari kesan yang dirasakan Rudi, event KSR berdampak signifikan bagi para pedagang. Terutama yang menjual makanan dan minuman seperti dirinya. "Kesannya bagus, ada kemajuan buat para PKL. Dagangan kami laris, tapi sayangnya event seperti ini (KSR) tidak setiap hari ada," ujarnya.
Namanya berdagang, disampaikan Rudi, ada kalanya ramai ada juga sepi. Tapi jika ada event di Stadion Kanjuruhan, jualannya ramai. Sehingga menguntungkan bagi pedagang.
"Kalau hari biasa, buat cilok sekitar 2 kilogram. Tapi kalau ada event seperti ini, terkadang buat 3 kilogram. Apalagi kalau ada event bulanan seperti Kanjuruhan Street Race, saya biasanya buat 4 kilogram karena pasti ramai," tuturnya.
Secara omzet, disampaikan Rudi, rata-rata peningkatan penjualan jika ada event mencapai hingga 80 persen. "Kalau secara nominal, jika hari biasa dapat Rp 200 ribu, paling ramai Rp 300 ribu. Tapi kalau ada event ini bisa membantu, bahkan bisa sampai habis, jadi bisa dapat Rp 500 ribu lebih," ujarnya.
Rudi mengaku, ia mulai mangkal jualan cilok pukul 15.00 WIB. Kemudian pulang pukul 01.00 WIB meskipun dagangannya terkadang belum habis terjual.
"Tapi kalau ada event, biasanya sampai acara habis saya baru pulang. Kalau acara ini kan jam 00.00 WIB berakhir dan Alhamdulillah kalau ada event pasti habis. Sedangkan kalau tidak ada event, meskipun akhir pekan, jam 22.00 WIB biasanya sudah mulai sepi," ujarnya.
Baca Juga : Anggota DPR Rizki Sadig Puji CFD Kota Blitar: Wadah Sehat, Bahagia, dan Produktif
Rudi menyebut, tidak hanya dirinya yang kecipratan untung. Para pedagang lainnya juga merasakan hal yang sama ketika adanya event di Stadion Kanjuruhan.
"Di area saya jualan ini, ada yang pedagang sempol, jasuke, jagung rebus, hingga telur gulung. Di sini semua merasakan keuntungan, bahkan ada yang omzetnya meningkat sekitar 300 persen," ujarnya.
Sebagai komparasi, Rudi mencontohkan sesama pedagang yang berjualan sempol di samping gerobak sepeda motor miliknya. Di mana, pada event KSR tersebut, pedagang sempol tersebut bolak-balik sebanyak tiga kali untuk mengisi etalase berisi sempol yang sempat kehabisan.
"Dia tadi sudah ambil tiga kali karena kebetulan rumahnya dekat sini. Jadi kalau ada event memang masak sempol lebih banyak. Sedangkan kalau tidak ada event, pada hari biasa itu mungkin cuma satu etalase," ujarnya.
Pernyataan dari perwakilan pedagang tersebut tentunya berbeda dengan pengakuan perwakilan PKL lainnya. Sebagaimana diberitakan, ratusan PKL di area Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang mengaku berpotensi dirugikan atas digelarnya ajang latihan balapan sepeda motor pada Sabtu (18/10/2025).
Sejumlah pedagang menyebut, penyelenggaraan balapan bertajuk KSR tersebut berpotensi mengakibatkan omzet para pedagang anjlok. Perlu diketahui, event KSR telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Di mana, pada rapat pembahasan awal dulu, KSR disepakati digelar sebulan sekali. Yakni dengan penyelenggaraan pada hari Jumat.
Atas pertimbangan perubahan hari pelaksanaan KSR season 33 dari Jumat menjadi Sabtu itu lah, yang kemudian membuat gejolak di kalangan PKL. Alasannya, omzet para PKL khusunya yang berjualan kaos, pakaian dan jersei anjlok.
Hingga akhirnya, aspirasi perubahan penyelenggaraan KSR tersebut turut disampaikan perwakilan PKL Stadion Kanjuruhan pada agenda mediasi yang berlangsung pada Kamis (16/10/2025). Pada saat itu, Perwakilan Paguyuban PKL Stadion Kanjuruhan menggelar audiensi dengan sejumlah pikak. Yakni mulai dari perwakilan pihak penyelenggara, termasuk berkoordinasi dengan Polres Malang dan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Malang.
Menanggapi hal ini, Rudi secara pribadi merasa tidak setuju jika adanya event mengakibatkan omzet anjlok. Sebaliknya, justru terbukti meningkatkan pendapatan pedagang. Namun demikian, Rudi tetap menghargai aspirasi dari sesama pedagang. Terlebih, para pedagang pakaian, kaos dan jersei yang mengaku jualan mereka sepi akibat adanya KSR.
"Kalau pedagang makanan seperti saya merasakan dampak yang baik, keuntungan meningkat. Harapan kami, event KSR seperti ini dilanjutkan lagi, soalnya ini event yang bagus juga buat para PKL. Sehingga bisa memajukan perekonomian PKL juga," ujar Rudi yang kini telah dikaruniai dua orang anak ini.
Dari analisa JatimTIMES, selain pedagang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang juga diuntungkan dengan adanya event seperti KSR. Sebab, para pedagang tersebut ditarik bayar retribusi.
Di sisi lain, pendapatan pemerintah juga meningkat dengan banyaknya penonton. Terlebih, para penonton yang hadir mengendarai kendaraan. Sehingga juga meningkatkan retribusi parkir. "Saya bayar retribusi dan kebersihan sehari itu Rp 5 ribu," pungkas Rudi.
Sebagai informasi, dari pantauan JatimTIMES, pada akhir pekan seperti pada hari ini, Minggu (19/10/2025), pengunjung ke Stadion Kanjuruhan memang tidak membeludak seperti saat adanya event. Hanya saja, ketika tidak ada event, sebagian pengunjung merupakan keluarga yang terdiri dari orang tua yang membawa anak-anak.